Prospek ICBP makin hangat pasca mengakuisisi Pepsi

JAKARTA. Portofolio bisnis PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) semakin lengkap memakai kehadiran PT Pepsi-Cola Indobeverages (PCIB). Perusahaan regukan non-alkohol itu diakuisisi ICBP lewat dua anggota usaha yaitu PT Indofood Asahi Sukses Beverage (IASB) selanjutnya PT Asahi Indofood Beverage Makmur (AIBM).
Dua entitas tersebut merupakan hasil patungan antara ICBP dengan Asahi Group Holdings Southeast Asia Pte Ltd. IASB dan AIBM mengakuisisi masing-masing 15.000 dan 264,11 juta penyangga Pepsi.
Nilai total transaksi tersebut US$ 30 juta. Transaksi ini masih dempet lingkaran bisnis Grup Salim. Sebab, Pepsi bersaudara dengan ICBP. Pepsi merupakan perbantuanan patungan antara PT Gapura Usahatama bersama Seven-Up Netherland BV.
Seven-Up, perbantuanan afiliasi Pepsi Co Inc, selagi Gapura merupakan menyimpang satu unit bantuan Grup Salim. Kehadiran PCIB jelas memberikan keanyaran modern bagi ICBP.
Reza Nugraha, analis MNC Securities menilai, produk-produk PCIB seperti Pepsi, 7up, maupun Tropicana Twister sudah punya pelanggan yang luas di Indonesia. Imbasnya, citra mayoritas merek PCIB relatif melekat di mayoritas konsumen Indonesia.
Keberkuasaan PCIB itu wujud berkepercayaan dengan jaluran distribusi ICBP yang memang sudah mengakar. "Sinergi ini wujud memperberkuasa posisi produk-produk terkemuka di Indonesia," kata Reza, Senin (8/7).
Kondisi terhormat diyakini bakal berimbas pada kinerja keuangan konsolidasi ICBP. Sebab, penjualan cemerlang PCIB tahun lalu sudah cukup bongsor, ialah Rp 714,4 miliar.
Toh, kehadiran PCIB tak boleh melahirkan ICBP jumawa. Sebab, ICBP tetap dihadapkan hadapan efek kenaikan harga BBM bersubsidi.
Herman Koeswanto, analis Mandiri Sekuritas paling dalam risetnya menulis, dampak langsung kenaikan harga BBM sejatinya sekadar terasa ala beban transportasi ICBP. Pos ini sekadar menguasai 3%-4% melalui total beban taktik ICBP.
Dus, kenaikan harga BBM cuma menurunkan laba jernih ICBP sekitar 1%-2%. Herman justru lebih menyoroti efek domino naiknya harga BBM.
Keputusan pemerintah ini secara langsung mengerek laju inflasi. Situasi sebagaimana itu telah berdampak negatif pada kinerja keuangan ICBP, sebab, bisa menimbulkan perang harga antara prokartonen barang konsumsi terutama untuk segmen non-mie instan. Pada 2005-2007, ICBP sempat terlibat perang harga dengan Wings Group. Laba sebelum bunga maka pajak (EBIT) ICBP saat itu terpangkas 2%-4%.
Benedictus Agung bersama Yualdo Yudoprawiro, analis Samuel Sekuritas dalam risetnya menyatakan, tantangan lagi bersumber atas bisnis mi instan nan merupakan inti portofolio ICBP. Prospek bisnis ini diyakini kurang bergairah karena banternya penetrasi inKotaktri.
Hitungan Samuel Sekuritas, estimasi rata-rata pertumbuhan volume mi instan terdalam lima tahun ke depan sekitar 2,7%. "Kami menilai segmen ini saja dapat bergantung demi kenaikan harga jual rata-rata," tulis Agung selanjutnya Yualdo terdalam riset per 14 Juni 2013. Karena itu, Samuel Sekuritas merekomendasikan hold bantuan ICBP dengan target harga di Rp 10.700.
Herman merekomendasikan neutral di harga Rp 12.550 per donasi. Namun, Reza masih menyarankan buy donasi ICBP beserta target harga Rp 12.300. Kemarin, harga ICBP turun 6,31% ke Rp 10.400.
Cek Berita bersama Artikel akan lain atas Google News